Prinsip kerja osiloskop
yaitu menggunakan layar katoda. Dalam osiloskop terdapat tabung panjang yang disebut tabung sinar katode
atau Cathode Ray Tube (CRT). Secara prinsip kerjanya ada dua tipe osiloskop,yakni tipe analog (ART-analog
real time oscilloscope) dan tipe digital(DSO-digital storage osciloscope),masing-masing
memiliki kelebihan dan keterbatasan. Para insinyur, teknisi maupun
praktisi yang bekerja di laboratorium perlu mencermati karakter masing-masing
agar dapat memilih dengan tepat osiloskop mana yang sebaiknya digunakan dalam
kasus-kasus tertentu yang berkaitan dengan rangkaian elektronik yang sedang
diperiksa atau diuji kinerjanya.
Osiloskop
Analog
Osiloskop
analog pada prinsipnya memiliki keunggulan seperti; harganya relatif lebih
murah daripada osiloskop digital, sifatnya yang realtime dan pengaturannya yang
mudah dilakukan karena tidak ada tundaan antara gelombang yang sedang dilihat
dengan peragaan di layar, serta mampu meragakan bentuk yang lebih baik seperti
yang diharapkan untuk melihat gelombang-gelombang yang kompleks,misalnya sinyal
video di TV dan sinyal RF yang dimodulasi amplitudo. Keterbatasanya adalah
tidak dapat menangkap bagian gelombang sebelum terjadinya event picu serta
adanya kedipan (flicker) pada layar untuk gelombang yang frekuensinya rendah(sekitar
10-20 Hz).
Penjelasan untuk skema prinsip kerja osiloskop
analog:
1.
Saat kita menghubungkan probe (kabel penghubung yang ujungnya diberi penjepit)
ke sebuah rangkaian, sinyal tegangan mengalir dari probe menuju ke pengaturan
vertikal dari sebuah sistem osiloskop (Vertical
System), sebuah attenuator
akan melemahkan sinyal tegangan input
sedangkan amplifier akan
menguatkan sinyal tegangan input.
Pengaturan ini ditentukan oleh kita saat menggerakkan kenop
"Volt/Div" pada user
interface Osiloskop.
2.
Tegangan yang keluar dari sistem vertikal lalu
diteruskan menuju pelat defleksi
vertikal pada sebuah CRT (Catode
Ray Tube), sinyal tegangan yang dimasukkan ke pelat ini nantinya akan
digunakan oleh CRT untuk menggerakkan berkas-berkas elektron secara bidang vertikal saja (ke atas
atau ke bawah).
3.
Sampai point
ini dapat disimpulkan bahwa sistem vertikal pada osiloskop analog berfungsi untuk mengatur
penampakan amplitudo dari sinyal
yang diamati.
4.
Selanjutnya sinyal masuk ke dalam pelat defleksi
vertikal. Sinyal tegangan yang teraplikasikan disini menyebabkan berkas-berkas
elektron bergerak. Tegangan positif mengakibatkan berkas elektron bergerak ke
atas, sedangkan tegangan negatif menyebabkan elektron terdorong ke bawah.
5.
Sinyal yang keluar dari vertical system tadi juga diarahkan ke trigger system untuk memicu sweep generator
dalam menciptakan apa yang disebut dengan "Horizontal Sweep" yaitu pergerakan
elektron secara sweep - menyapu
ke kiri dan ke kanan - dalam dimensi horizontal atau dengan kata lain adalah
sebuah ungkapan untuk aksi yang menyebabkan elektron untuk bergerak sangat
cepat menyeberangi layar dalam suatu interval waktu tertentu. Pergerakan
elektron yang sangat cepat (dapat mencapai 500,000 kali per detik) inilah yang
menyebabkan elektron tampak seperti garis pada layar (misalnya seperti daun
kipas pada kipas angin yang tampak seperti lingkaran saja saat berputar).
6.
Pengaturan berapa kali elektron bergerak menyebrangi
layar inilah yang dapat kita anggap sebagai pengaturan Periode/Frekuensi yang tampak pada layar, bentuk konkretnya adalah
saat kita menggerakkan kenop Time/Div pada Osiloskop.
7.
Pengaturan bidang vertikal dan horizontal secara
bersama-sama akhirnya dapat mempresentasikan sinyal tegangan yang diamati ke
dalam bentuk grafik yang dapat kita lihat pada layar CRT.
Tahapan Penyetaraan (Kalibrasi) Osiloskop Analog
1. Sesuaikan tegangan masukan sumber daya AC 220 yang ada di
belakang osiloskop sebelum kabel daya AC dimasukkan stop kontak PLN.
2. Nyalakan
osiloskop dengan menekan tombol power.
3. Set
saluran pada tombol CH1.
4. Set
mode pada Auto.
5. Atur intensitas, jangan terlalu terang pada tombol INTEN.
6. Atur
posisi berkas cahaya horizontal dan vertikal dengan mengatur tombol yang
bernama horizontal dan vertikal.
7. Set
level mode pada tengah-tengah (-)
dan (+).
8. Set
tombol tegangan (volt/div) bertanda V pada 2 V, sesuaikan dengan memperkirakan terhadap tegangan masukan.
9. Pasang probe pada salah satu saluran, (misal CH1) dengan tombol pengalih
AC/DC pada kedudukan AC.
10. Atur saklar/switch
pada pegangan probe dengan posisi pengali 1x.
11. Tempelkan ujung probe
pada titik kalibrasi.
12. Atur Time/Div pada posisi 1 ms
agar tampak kotak-kotak garis yang cukup jelas.
13. Setelah tahapan 11, osiloskop siap
digunakan untuk mengukur tegangan.
Osiloskop Digital (DSO)
Jika dalam osiloskop analog gelombang yang
akan ditampilkan langsung diberikan ke rangkaian vertikal sehingga berkesan
“diambil” begitu saja (real time), maka dalam osiloskop digital, gelombang yang
akan ditampilkan lebih dulu disampling (dicuplik) dan didigitalisasikan.
Osiloskop kemudian menyimpan nilai-nilai tegangan ini bersama sama dengan skala
waktu gelombangnya di memori. Pada prinsipnya, osiloskop digital hanya
mencuplik dan menyimpan demikian banyak nilai dan kemudian berhenti. Ia
mengulang proses ini lagi dan lagi sampai dihentikan.
Beberapa DSO memungkinkan untuk
memilih jumlah cuplikan yang disimpan dalam memori per akuisisi (pengambilan)
gelombang yang akan diukur.Seperti ART, DSO melakukan dalam satu event
pemicuan. namun demikian ia secara rutin memperoleh, mengukur dan menyimpan
sinyal masukan, mengalirkan nilainya melalui memori dalam suatu proses kerja
dengan cara; pertama yang disimpan, yang pertama pula yang akan dikeluarkan,
sambil menanti picu terjadi. Sekali osiloskop ini mengenali event picu yang
didefinisikan oleh penggunanya, osiloskop mengambil sejumlah cuplikan yang
kemudian mengirimkan informasi gelombangnya ke peraga (layar). Karena kerja
pemicuan yang demikian ini, ia dapat menyimpan dan meragakan informasi yang
diperoleh sebelum picu (pretrigger) sampai 100 persen dari lokasi memori yang
disediakan.
Terima kasih atas informasi yang berharga sangat bermanfaat
BalasHapus